Namanya juga Twitter, jadi cuma bisa 140 karakter. Ok, langsung aja. Check it out.
Serupa pagi ini. Wajah ceria tersenyum pada cahaya. Dia
kembali mengajakku untuk menyatukan lengan-lengan ketenangan.
Hitung berapa sisa sedihmu pagi ini, anggap saja hutang yang
harus kulunasi sore nanti.
Pagi adalah sebuah cerita. Saat mimpi telah usai, pada
matamu yang begitu indah.
Masih serupa pagi yang lalu, nona. Lintas matamu masih yang
terbaik pagi ini, bersama pelangi yang terbiaskan embun.
Sebuah pagi, di taman. Tanpa pernah kusirami, ingatan tentangmu
selalu memekarkan dirinya. Tumbuh dan berkembang semaunya.
Tentang pagi, selalu ada yang lebih nyaring bernyanyi selain
burung-burung. Ingatan-ingatan padamu, selalu berbunyi lebih dulu.
Diantara mereka yang kau anggap matahari, bintang, bulan, dan
entah. Akulah angin; menghalau awan dari matamu agar tak hujan.
Di hatimu yang temaram, cintaku bermalam. Dinyamannya
dekapmu, rindu ini sembuh.
Hatimu beku, sabarku matahari. Melelehkan bongkahan es
hatimu yang dingin hingga mendidih.
Jika Tuhan mengizinkan, aku ingin menemanimu sebegitu lama.
Sebatas sisa umurku saja.
Lelucon di hidupmu adalah aku, kesedihan di hidupku adalah
kamu. Aku suka melihatmu tertawa, agar aku lupa caranya menangis.
Kau puisikan saja segala pagi dalam hatimu. Nanti biar
kubaca pada lengkung senyummu yang pelangi.
Mungkin, pada sebuah kenangan, kita adalah dua kebingungan
yang disengajakan Tuhan.
Mungkin pada sajak terakhirku kelak, kau akan sadar bahwa
seluruh bahagiaku adalah kamu.
No comments:
Post a Comment