“Eh, aku punya sesuatu buat kamu.”
“Apa?”
“Kamu pilih tangan kanan, apa tangan kiri?”
“Emm.. Yang kanan deh.”
“Cuma kanan? Kenapa enggak dua-duanya? Dua-duanya
milik kamu kok.”
“….”
Aku tak tahu dia paham dengan kalimat
ngawurku atau tidak. Tapi dari sudut mataku kulihat dia tersenyum lucu. Matanya
menerawang, entah sedang memikirkan apa. Hujan yang mengguyur sejak maghrib
belum juga reda. Masih menyisakan gerimis yang kalau nekad diterjang tetap akan
membuat sakit kepala. Dia sedang tak membawa payung. Bodohnya, aku sedang tak
memakai jaket. Seharusnya akan romantis kalau di gerimis seperti ini aku
memberikan jaketku padanya. Aku akan berkata kalau lelaki berzodiak Virgo
sepertiku tak pernah takut dengan air hujan. Aku juga akan berkata bahwa tak
semua bidadari bisa tahan sakit kepala. Aku tak yakin dia akan menganggap
kalimat itu lucu atau tidak. Tapi setidaknya dia pasti tersenyum. Dengan begitu
hatiku yang menggigil kedinginan ini bisa mendapatkan penghangatnya.
Kunyalakan batang terakhir dari bungkus rokok di
tanganku, menghisapnya dalam-dalam, kemudian menghembuskan asapnya perlahan. Ku lihat jam sudah menunjukan pukul 18.30
No comments:
Post a Comment