Tidak ada Jaten hari
ini.
Tidak ada Jaten
kemarin.
Kau yang panas di
kening. Kau yang dingin dikenang.
Di sini tidak mungkin
kau tersesat karena
payah dalam arah.
Tak ada Manahan yang
kau hindari.
Tak ada Pasar Gedhe
yang kau maki.
Sambil menertawakan hidup,
kita mulai hal yang lebih hidup.
Di dingin malam,
kita akan membicarakan
apa saja.
Manis cinta, rindu
rumah,
mimpi pernikahan,
pilihan sulit,
yang membuatmu
tersenyum hari ini,
hingga yang membuatmu
paling sedih semalam.
Dan cinta—kau tak ingin
aku
mematikan mata lampu.
Jendela terbuka
dan masa lampau
memasuki ku sebagai angin.
Nanti di dasar gelas
yang isinya tinggal
segaris,
kau akan tahu.
Bahwa Jaten adalah
hal nomor dua yang
paling ku suka
setelah senyummu.
No comments:
Post a Comment