“Saya rindu kamu,”
“..........”
“Saya rindu waktu
jarimu dan jariku saling mengisi celah diantaranya,”
”..........”
“Saya rindu waktu helai
rambutmu melukis jalur di telapak tanganku,”
”..........”
“Saya rindu lekuk
tubuhmu melengkapi tubuhku saat kita saling beradu,”
”..........”
“Saya rindu celotehmu
yang tidak karuan saat sepi mengambang diantara kita,”
”..........”
“Saya rindu waktu garis
wajah dan gurat katamu menyiratkan cemburu,”
”..........”
“Saya rindu waktu air
matamu meminta untuk tumpah di bahuku,”
”..........”
“Atau waktu mereka
jatuh begitu saja di pipimu, lalu tanganku refleks menjemputnya dari wajahmu,”
”..........”
“Kamu tidak mau
menyampaikan apa-apa?,”
“Tidak,”
“Ya sudah, saya hanya
ingin menyampaikan itu,”
“Ya sudah,”
“Supaya kamu tahu kalau
saya masih merindukanmu,”
“Kamu tidak merindukan
aku,”
“Loh? Menurutmu untuk
apa saya bicara panjang lebar menggunakan kata-kata bak pujangga cinta kalau
aku tidak merindukan kamu?”
“Kamu hanya merindukan
waktu,”
”..........”
“Kamu rindu waktu yang
terisi memori dengan aku dan kamu,”
”..........”
“Kamu rindu waktu kita
masih bahagia bersama,”
”..........”
“Kamu rindu waktu kamu
masih jadi prioritas pertamaku,”
”..........”
“Kamu rindu waktunya,
bukan rindu aku.”
No comments:
Post a Comment