Friday 3 August 2012

Menunggu Mentari

Jika aku disuruh memilih waktu yang paling aku sukai dalam sehari, aku akan memilih jam 9 kurang 15 sampai jam 9 lebih 15 pagi.
30 menit? Ya, 30 menit dimana aku merasa lebih hidup ketika seorang gadis yg selalu kutunggu lewat didepan tempatku.
Hey! Buat kamu yg gak percaya cinta pada pandangan pertama, percayalah itu ada.
Bukan sekadar mitos yg di besar-besarkan oleh sinetron. Really! That’s true.


Mungkin ceritaku tidak sewajar cerita pada umumnya, namun pertemuanku dengannya yg menjadi ritual ini membuatku hidup dan bercahaya.
Aku sebut kegiatan ini dengan.. Menunggu Mentari!
Mentari? Bukan, namanya bukan Mentari. Tapi aku senang saja memanggilnya begitu.
Karena dia terlihat begitu cemerlang dan bersinar seperti mentari di pagi hari.
Entahlah, mungkin aku tidak akan pernah tau siapa namanya. Karena aku tidak pernah mempunyai cukup keberanian untuk berkenalan dengannya.
Walaupun dia tidak pernah tahu kalau aku itu ada. Tapi dia tetap mentariku yg selalu terlihat cemerlang.
Dari jam 9 kurang 15 sampai jam 9 lebih 15. Untuk hari ini, esoknya. Esoknya lagi. Esoknya lagi. Esoknya lagi. . . . .