Sunday 2 March 2014

Cuma Sebelah



Saya sangat suka sekali mendengarkan musik, terutama sebelum tidur. Biasanya saya selalu menggunakan earphone. Tetapi sekarang earphone saya rusak. Sebelah. Tinggal bagian kanan yang masih berfungsi dengan baik.

Earphone saya rusak. Sebelah. Tinggal bagian kanan yang masih berfungsi dengan baik. Kau tahu? Sesuatu yang terbiasa terlihat sepasang akan terlihat aneh begitu berjalan sendirian. Yang tadinya ada, kemudian tak ada akan menjadi pertanyaan bagi beberapa orang. Contoh paling mudah, jika kau baru putus dari pacar yang sebelumnya menemani bertahun berbulan. Hampir bisa dipastikan teman-temanmu akan bertanya dengan usilnya, “Ke mana pacarmu?” bahkan mungkin barista kedai kopi langgananmu juga bertanya, “Mbak yang biasanya itu ke mana?”

Earphone saya rusak. Sebelah. Tinggal bagian kanan yang masih berfungsi dengan baik. Tapi sampai detik ini saya belum juga berniat membeli earphone baru. Karena sebenarnya saya adi lebih terbiasa menggunakan satu earphone. Satu earphone juga membuat sebelah telinga saya lebih waspada.

Yang selalu terlihat sepasang, kemudian terlihat sendirian memang akan menjadi aneh. Tapi yang sudah terlanjur nyaman sendirian, akan butuh waktu untuk nyaman terlihat sepasang.

Kira-kira beberapa waktu yang lalu, saya pernah membaca tulisan ini di twitter:

Level tertinggi mencintai adalah merelakannya bersama orang lain. Level tertinggi bullshit adalah kalimat barusan.

Dan untuk saat ini, kalimat kedua di paragraf keempat sepertinya lebih bullshit lagi.