Tuesday 26 November 2013

18.30

“Eh, aku punya sesuatu buat kamu.”


“Apa?”
“Kamu pilih tangan kanan, apa tangan kiri?”
“Emm.. Yang kanan deh.”
“Cuma kanan? Kenapa enggak dua-duanya? Dua-duanya milik kamu kok.”
“….”


Aku tak  tahu dia paham dengan kalimat ngawurku atau tidak. Tapi dari sudut mataku kulihat dia tersenyum lucu. Matanya menerawang, entah sedang memikirkan apa. Hujan yang mengguyur sejak maghrib belum juga reda. Masih menyisakan gerimis yang kalau nekad diterjang tetap akan membuat sakit kepala. Dia sedang tak membawa payung. Bodohnya, aku sedang tak memakai jaket. Seharusnya akan romantis kalau di gerimis seperti ini aku memberikan jaketku padanya. Aku akan berkata kalau lelaki berzodiak Virgo sepertiku tak pernah takut dengan air hujan. Aku juga akan berkata bahwa tak semua bidadari bisa tahan sakit kepala. Aku tak yakin dia akan menganggap kalimat itu lucu atau tidak. Tapi setidaknya dia pasti tersenyum. Dengan begitu hatiku yang menggigil kedinginan ini bisa mendapatkan penghangatnya. 
Kunyalakan batang terakhir dari bungkus rokok di tanganku, menghisapnya dalam-dalam, kemudian menghembuskan asapnya perlahan. Ku lihat jam sudah menunjukan pukul 18.30