Saturday 12 September 2015

Kenapa Kamu Meneleponku Hanya Pada Saat Kamu Sedang Mabuk

Berita baiknya adalah, kini aku tak lagi sendiri.

Gadis ini, Dia cantik tentu saja. Tapi bukan cantik yang benar-benar langsung membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama. Butuh cukup waktu untuk memberanikan diri berkenalan dengannya, mengobrol beberapa lama, menyelami pikirannya perlahan, membahas hal-hal penting sampai tidak penting, hingga kemudian otakmu menyimpulkan kalau dia bukan saja cantik, tapi juga luar biasa. Kemudian aku mengatakan cinta. Selesai. Detik setelah itu aku sudah bisa menganggapnya sebagai pacar.

Berita buruknya adalah, sudah satu minggu lebih kami tidak saling tegur.

Bukankah aneh, jika sepasang kekasih yang sudah bersama berminggu berbulan tapi sudah tidak saling menyapa.

Kalau diurut lagi dari awal, mungkin memang sebenarnya ini semua salahku. Beberapa berat untukku. Aku bukan tipe lelaki yang suka menceritakan masalahnya pada kekasihnya, aku minggu terakhir memang minggu yang lebih suka membagi cerita bahagia daripada cerita sedih. Seberat apapun masalah, aku lebih suka menyelesaikannya sendiri. Tapi terkadang, aku sering meminta bantuan temanku. The name is Daniels, Jack Daniels.

Aku memang punya masalah dengan alkohol, alkohol menjadi ujung jawaban untuk masalah-masalah yang kuterima. Kekasihku, tentu saja sangat tidak suka dengan kebiasaan buruk yang aku miliki ini. Dan itu pun yang menjadi sumber pertengkaran kami.

Jadilah malam minggu ini aku sendiri.

Tidak sepenuhnya sendiri sih. Masih ada ranjang empuk, aroma teh hijau dari lilin aromatherapy, pemandangan lampu kerlap-kerlip dari balik jendela, suara Alex Turner dari speaker di atas meja, dan tentu saja sebotol Jack Daniels.

Entahlah sudah berapa gelas yang kuhabiskan malam ini, tapi yang jelas aku belum terlalu mabuk dan masih menyadari jika botolku masih setengah. Aku berdiri dari atas sofa, tapi tiba-tiba saja bumi terasa bergoyang, aku seperti sedang berada di atas kapal. Kakiku lemas, aku tak dapat lagi menahan berat badanku sendiri. Kemudian, aku pun terjatuh.

Mataku mulai terpejam, pikiranku mulai melayang-layang. Sampai kemudian terdengar suara ketukan dipintu.
Aku membuka mata. Suara Alex Turner menyanyikan Why’d You Only Call Me When You’re High  sudah sampai di bagian refrain. Aku mengucek-ucek mata. Yang tadinya kabur perlahan jelas. Aku memeriksa sekitar. Anehnya, aku sudah kembali duduk di sofa. Tangan kanan memegang handphone, dan tangan kiri menggengam fotonya yang sebelumnya kuletakan terbalik di atas meja.
Aku berjalan gontai menuju pintu dan membukanya..
Dia sudah berdiri di depan pintu!

No comments:

Post a Comment